KEDUDUKAN MULTI AKAD DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH DI PERBANKAN SYARIAH

  • Popon Srisusilawati Fakultas Syariah Universitas Islam Bandung
  • Panji Adam Fakultas Syariah Universitas Islam Bandung

Abstract

Perbankan syariah tumbuh dan dikembangkan sebagai alternatif bagi praktik perbankan konvensional. Kritik terhadap bank konvensional oleh konsep perbankan syariah, bukanlah menolak bentuk dalam fungsinya sebagai lembaga intermediasi keuangan, melainkan dalam karakteristiknya yang lain, misalnya masih terdapatnya unsur riba, judi (maysir), ketidakpastian (gharar), dan bathil. Salah satu parameter untuk menilai suatu produk apakah telah memenuhi prinsip syariah atau tidak adalah dengan memperhatikan akad-akad dan berbagai ketentuannya yang digunakan dalam produk tersebut. Produk-produk dalam kegiatan keuangan syariah, jika terhadapnya dilakukan al-takyif al-fiqi, beberapa atau bahkan sebagian terbesar ternyata mengandung beberapa akad. Salah satunya adalah akad murabahah yang terjadi dalam aplikasi perbankan syariah mengandung beberapa akad. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: keabsahan multi akad pada perbankan syariah, model serta ketentuan multiakad pada akad murabahah di perbankan syariah. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat dua pendapat mengenai status keabsahan multi akad, pertama pendapat yang mengharamkan multi akad dan pendapat yang membolehkan multi akad. Pedapat yang kuat dan unggul menurut penulis adalah pendapat kedua yang membolehkan multi akad. Model serta pembiayaan murabahah pada perbankan syariah menggunakan beberapa akad, yaitu akad jual beli murabahah dan akad wakalah, posisi serta kedudukan akad wakalah dalam produk pembiayaan pada akad murabahah menjadi akad pelengkap yang terbebas dari larangan multi akad. Kata Kunci: Multi Akad, Perbankan Syariah, Murabahah

Downloads

Download data is not yet available.

References

Abu Bakar Ahmad al-Râzi al-Jashash, Ahkâm al-Qur'an, , Dâr al-Fikr, Beirut, tt., j. 2, cet. ke1, hlm. 418.

Abu Muhammad Ali bin Ahmad bin Sa'id bin Hazm, al-Muhalla, , Dâr al-Turâts, Kairo, tt.,

j.5, hlm. 15.

Adam, P., Srisusilawati, P., & Yunus, M. (2016).Analisis Kedudukan Jaminan pada Akad

Mudhârabah dalam Fatwa DSN-MUI NO.7 tentang Pembiayaan

Mudhârabah. Prosiding SNaPP: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora, 1(1), 390-396.

Al-‘Imrâni, Al-’uqûd al-Mâliyah al-Murakkabah, hlm. 69.

Al-‘Imrâni, Al-’uqûd al-Mâliyah al-Murakkabah, hlm. 74 – 75.

Al-Syâtiby, al-Muwâfaqât, j. 1, hlm. 284.

Dikutip dari Hasanuddin, (2009). Multi Akad Dalam Transaksi Syari’ah Kontemporer Pada

Lembaga Keuangan Syari’ah Di Indonesia: Konsep Dan Ketentuan (Dhawabith)

Dalam Perspektif Fiqh, Makalah, hlm. 12-23.

Fathurrahman Djamil,(2013). Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga

Keuangan Syariah, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. v.

Hasanuddin, (2009), Multi Akad Dalam Transaksi Syari’ah Kontemporer Pada Lembaga

Keuangan Syari’ah Di Indonesia: Konsep Dan Ketentuan (Dhawabith) Dalam

Perspektif Fiqh, Makalah, hlm. 1.

Ibn al-Qayyim, I’lâm al-Muwaqqi’în, j. 1, hlm. 344.

Ibn Taimiyah, Al-Qawâ’d al-Nûrâniyyah al-Fiqhiyyah, hlm. 222

Ibn Taimiyah, Jâmi’ al-Rasâil, j. 2, hlm. 317.

Ibn Taimiyah, Nadzariyat al-‘aqd, hlm. 227.

Khotibul Umam, Legislasi Fikih Ekonomi Dalam Produk Perbankan Syariah DI Indonesia,

BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta, 2011, hlm. 2.

Muhammad Syafi’i Antonio, (2007). Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Gema Insani Press

dan Tazkia Cendekia, Jakarta, hlm. 83.

Nazîh Hammâd, al-’uqûd al-Murakkabah fi al-Fiqh al-Islâmy, hlm. 8.

Nurul Huda & Mohamad Heykal, (2010), Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan

Praktis. Jakarta: Kencana, h. 43-44.

Srisusilawati, P. (2017). Kajian komunikasi pemasaran terpadu dalam mendorong keputusan

pembelian jasa perbankan. Amwaluna (Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah), I (1),

-18.

Wa?bah al-Zuhayl?,(2002).al-Mu’?malah al-M?liyyah al-Mu’??irah Bu??th wa Fat?w? wa

?ul?l. Beirut: D?r al-Fikr, h. 489.

Published
2021-04-09