https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jiwa/issue/feedJIWA: Jurnal Psikologi Indonesia2024-10-20T03:45:00+00:00Andik Matulessyjiwa@untag-sby.ac.idOpen Journal Systems<p><strong>JIWA: Indonesian Journal of Psychology</strong> is a peer-reviewed journal published by the Faculty of Psychology, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. JIWA: Jurnal Psikologi Indonesia journal is published every September, December, Maret, and June. JIWA: Indonesian Journal of Psychology gives readers access to download articles for free. JIWA: Indonesian Journal of Psychology accepts articles in the field of psychology and is not limited to educational, developmental, clinical, industrial, and organizational psychology</p>https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jiwa/article/view/11624Ketidakpuasan tubuh pada remaja: Peranan perfeksionisme dan komparasi sosial dalam media sosial2024-10-20T03:40:16+00:00Maisya Paramithamaisyaparamitha@gmail.comAndik Matulessyandikmatulessy@untag-sby.ac.idNindia Pratitisnindia@untag-sby.ac.id<p><strong><em>Abstract </em></strong></p> <p><em>Body dissatisfaction is an individual's negative feelings towards their own body. This study aims to determine the relationship between social comparison and perfectionism with body dissatisfaction in adolescent social media users. The research method used quantiative correlation with the number of respondents as many as 274 adolescents taken by accidental sampling technique. The research scale uses a body dissatisfaction scale taken from aspects of Rosen, Reiter, and Pam (1995), perfectionism scale from aspects of Flett and Hewitt (2002) and social comparison scale from aspects of Gibbson and Buunk (1999). The results show that there is a significant positive relationship between perfectionism and social comparison with body dissatisfaction in adolescent social media users. From the partial test results, there is a significant positive relationship between perfectionism and body dissatisfaction in adolescent social media users and there is a significant positive relationship between social comparison and body dissatisfaction in adolescent social media users. </em></p> <p><strong><em>Keywords:</em></strong><em> Body dissatisfaction, perfectionism, social comparison, adolescents, social media</em></p> <p><strong><em> </em></strong></p> <p><strong><em>Abstrak </em></strong></p> <p><em>Ketidakpuasan tubuh adalah perasaan negatif individu terhadap bentuk tubuhnya sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komparasi sosial dan perfeksionisme dengan ketidakpuasan tubuh pada remaja pengguna media sosial. Metode penelitian menggunakan kuantiatif korelasional dengan jumah responden sebanyak 274 remaja yang diambil dengan teknik accidental sampling. Skala penelitian menggunakan skala ketidakpuasan tubuh diambil dari aspek Rosen, Reiter, dan Pam (1995), skala perfeksionisme dari aspek Flett dan Hewitt (2002) dan skala komparasi sosial dari aspek Gibbson dan Buunk (1999). Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara perfeksionisme dan komparasi sosial dengan ketidakpuasan tubuh pada remaja pengguna media sosial. Dari hasil uji parsial terdapat hubungan positif yang signifikan antara perfeksionisme dengan ketidakpuasan tubuh pada remaja pengguna media sosial dan terdapat hubungan positif yang signifikan antara komparasi sosial dengan ketidakpuasan tubuh pada remaja pengguna media sosial. </em></p> <p><strong><em>Kata Kunci</em></strong><em>: Ketidakpuasan tubuh, perfeksionisme, komparasi sosial, remaja, media sosial</em></p>2024-10-14T12:47:44+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jiwa/article/view/11634Loneliness dan perilaku phubbing terhadap siswa2024-10-20T03:40:27+00:00Fitria Ramadhani Azzahraramadhani22112002@gmail.comDyan Evita Santidyanevita@untag-sby.ac.idRahma Kusumandarirahmakusumandari@untag-sby.ac.id<p>Smartphones which almost everyone now owns, have various functions and uses, used for studying and working, searching for daily information and even for entertainment. From using this smartphone, a person becomes indifferent to their surroundings, because they focus more on their smartphone than communicating. Ignoring someone by busy checking their smartphone will cause this behavior to be known as to be known as phubbing. This research uses a quantitative approach with a correlation type. The population in this study was 254 class XI students at SMA this research data collection method uses a questionnaire. The data analysis technique in this study used the product moment test, which obtained a correlation value of 0.266 with a significance level of 0.001 (p < 0.05).</p> <p> </p> <p><em>Smartphone</em> yang saat ini hampir semua orang miliki, memiliki fungsi dan penggunaan yang bermacam-macam, digunakan untuk belajar dan bekerja untuk mencari informasi sehari-hari bahkan menjadi hiburan. Dari penggunaan <em>smartphone</em> ini, seseorang menjadi acuh tak acuh dengan sekitarnya, karena mereka lebih fokus ke <em>smartphone</em> mereka daripada berkomunikasi. Mengabaikan seseorang dengan sibuk memeriksa smartphone akan menyebabkan perilaku tersebut dikenal yaitu phubbing. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis korelasional. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA X Surabaya sebanyak 254 siswa, sedangkan sampel pada penelitian ini berjumlah 146 melalui teknik quota sampling dengan cara undian. Metode pengumpulan data penelitian ini menggunakan kuesioner. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan uji product moment yang mana diperoleh nilai korelasi 0.266 dengan taraf signifikansi 0.001 (p < 0.05).</p>2024-10-14T12:55:44+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jiwa/article/view/11651Resiliensi pada masyarakat kota Surabaya: Menelisik peran optimis dan dukungan sosial2024-10-20T03:40:37+00:00Salsabilah Puspita Anggraenisalsabilahp10@gmail.comAmanda Pasca Riniamanda@untag-sby.ac.idEko April Ariyantonaegasall@gmail.com<p><strong><em>Abstract</em></strong></p> <p><em>Every city has problems faced by urban people. There are many urban problems such as congestion, air pollution, lack of residential land, and an increase in the city population, however, people choose to survive in the city with the many urban problems they face. This study aims to determine the relationship between optimism and social support and resilience in the people of Surabaya who choose to stay in the city. This study uses quantitative research involving 341 people living in the city of Surabaya. The data collection instrument in this study used a scale consisting of optimism, social support and resilience scales. The data analysis technique uses regression analysis techniques with the help of the IBM Statistic Package for Social Science (SPSS) version 25 for Windows program The results of the study that there is no relationship between optimism and resilience and there is no relationship between social support and resilience.</em></p> <p> </p> <p><strong><em>Abstrak</em></strong></p> <p>Setiap kota memiliki permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat kota. Banyaknya permasalahan kota seperti kemacetan, polusi udara, kurangnya lahan tempat tinggal, serta peningkatan penduduk kota namun, masyarakat memilih untuk bertahan di perkotaan dengan banyaknya permasalahan kota yang dihadapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara optimis dan dukungan sosial dengan resiliensi pada masyarakat kota Surabaya yang memilih untuk tetap bertahan untuk tinggal di perkotaan. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan melibatkan 341 masyarakat yang tinggal di Kota Surabaya. Instrumen pengambilan data pada penelitian ini menggunakan skala yang terdiri dari skala optimis, dukungan sosial dan resiliensi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis regresi dengan bantuan program IBM <em>Statistic Package for Social Science</em> (SPSS) versi 25 for Windows. Hasil penelitian ini tidak ada hubungan antara optimis dengan resiliensi serta tidak adanya hubungan dukungan sosial dengan resiliensi.</p>2024-10-17T16:43:49+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jiwa/article/view/11649Self compassion dan subjective well being pada mahasiswa dengan orang tua tunggal2024-10-20T03:40:48+00:00Moch. Rizky Anandamrizkyyanandaa@gmail.comMamang Efendymamangefendy@untag-sby.ac.idKarolin Ristakarolinrista@untag-sby.ac.id<p> </p> <p><strong><em>Abstract</em></strong></p> <p><em>Subjective well being is one of the important factors in students with single parent because it is related to getting happiness and avoiding pain. This study aims to determine whether there is a relationship between self compassion and subjective well being in students with single parent. Quantitative research method with the number of respondents as many as 115 students with single parent who were taken with snowball sampling technique. The research scale uses a self compassion scale developed by the researcher and uses a subjective well being scale. Data analysis techniques using product moment correlation analysis. The results showed a positive and significant relationship between self compassion and subjective well being in students with single parent. Self compassion helps increase positive feelings and reduce negative feelings felt to achieve subjective well being in students with single parent.</em></p> <p> </p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p><em>Subjective well being </em>merupakan salah satu faktor penting pada mahasiswa dengan orang tua tunggal karena berhubungan dengan mendapatkan kebahagiaan dan menghindari rasa sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan <em>self compassion </em>dengan <em>subjective well being </em>pada mahasiswa dengan orangtua tunggal. Metode penelitian kuantitatif dengan jumlah responden sebanyak 115 mahasiswa dengan orangtua tunggal yang diambil dengan teknik <em>snowball sampling. </em>Skala penelitian menggunakan skala <em>self compassion</em> yang dikembangkan sendiri oleh peneliti dan menggunakan skala <em>subjective well being</em>. Teknik analisis data menggunakan analisis korelasi <em>product moment</em>. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara <em>self compassion </em>dengan <em>subjective well being</em> pada mahasiswa dengan orangtua tunggal. <em>Self compassion </em>membantu meningkatkan perasaan positif dan menurunkan perasaan negatif yang dirasakan untuk mencapai <em>subjective well being</em> pada mahasiswa dengan orangtua tunggal.</p>2024-10-17T16:47:02+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jiwa/article/view/11642Peran regulasi emosi dalam mengurangi kecemasan berbicara di depan umum pada siswa SMA2024-10-20T03:41:05+00:00Arrozi Hiban Faudhiki Yusuffaudhikiyusuf16@gmail.comSahat Saragihsahatsaragih@untag-sby.ac.idYanto Prasetyoyantoprasetyo@untag-sby.ac.id<p><strong><em>Abstract</em></strong></p> <p><em>This study aims to determine the relationship between emotion regulation and public speaking anxiety. This study used a correlational quantitative research method with 132 subjects. In this study, the participants involved were the entire population. The measuring instrument in this study used a 45-item public speaking anxiety scale and an emotion regulation scale consisting of 22 items. Participants who participated in this study were class XI students of SMAN 13 Surabaya. Based on the calculation of the analysis using product moment analysis, the results show that there is a negative and very significant relationship between emotion regulation and public speaking anxiety in high school students. Based on this, the higher the ability of emotion regulation, the lower the level of public speaking anxiety in high school students.</em></p> <p><strong><em>Abstrak</em></strong></p> <p><em>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara regulasi emosi dan kecemasan berbicara di depan umum. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif korelasional dengan 132 subjek. Dalam penelitian ini, partisipan yang terlibat adalah keseluruhan populasi. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan skala kecemasan berbicara di depan umum sebanyak 45 aitem dan skala regulasi emosi yang terdiri atas 22 aitem. Partisipan yang turut serta dalam penelitian ini yaitu siswa kelas XI SMAN 13 Surabaya. Berdasarkan perhitungan analisis menggunakan analisis product moment di dapatkan hasil bahwa terdapat hubungan negatif dan sangat signifikan antara regulasi emosi dengan kecemasan berbicara di depan umum pada siswa SMA. Berdasarkan hal tersebut, semakin tinggi kemampuan regulasi emosi maka semakin rendah tingkat kecemasan berbicara di depan umum pada siswa SMA.</em></p>2024-10-17T16:50:28+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jiwa/article/view/11718Membangun kepercayaan: Intimasi pertemanan dan self-disclosure pada mahasiswa baru2024-10-20T03:41:12+00:00Diah Puspitasari Fauzidiahpuspitasari371@gmail.comIsrida Yul Arifianaisrida@untag-sby.ac.idMamang Efendymamangefendy@untag-sby.ac.id<p><strong><em>Abstract </em></strong></p> <p><em>Intimacy in friendship is one of the factors that influence self-disclosure in friendship relationships. Intimacy in friendship can provide interpersonal reciprocity, where individuals will share deeper emotions, be open, and respect each other. This study aims to determine the relationship between friendship intimacy and self-disclosure in new students. The population in the study was 2,828 new students of Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya in 2023. The sample in the study amounted to 250 new students with sampling techniques using non-probability sampling techniques, namely accidental sampling. This research instrument uses a friendship intimacy scale with aspects proposed by Sharabany (1994) and a self-disclosure scale with aspects proposed by Devito (2019). The method for data analysis used is Spearman Brown correlation with the help of IBM SPSS series 25 for windows. The results showed </em><em>(</em><em>r</em><em>xy)</em><em> = 0.782 with a significance of 0.000 (p <0.05). This means that the hypothesis in this study which assumes there is a positive relationship between friendship intimacy and self-disclosure in new students is accepted. This means that the higher the friendship intimacy between students, the higher the level of self-disclosure felt by students.</em></p> <p> </p> <p>Keintiman dalam pertemanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi <em>self-disclosure</em> dalam hubungan pertemanan. Keintiman dalam pertemanan dapat memberikan adanya timbal balik antarpribadi, dimana individu akan berbagi emosi yang lebih dalam, saling terbuka, dan saling menghargai satu sama lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intimasi pertemanan dengan <em>self-disclosure</em> pada mahasiswa baru. Populasi pada penelitian adalah 2.828 mahasiswa baru Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya tahun 2023. Sampel pada penelitian berjumlah 250 mahasiswa baru dengan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik <em>non probability sampling </em>yaitu <em>accidental sampling</em>. Instrumen penelitian ini menggunakan skala intimasi pertemanan dengan aspek yang dikemukakan oleh Sharabany (1994) dan skala <em>self-disclosure </em>dengan aspek yang dikemukakan oleh Devito (2019). Metode untuk analisis data yang digunakan adalah korelasi <em>spearman brown</em> dengan bantuan IBM SPSS seri 25<em> for windows</em><em>.</em> Hasil penelitian menunjukkan (rxy) = 0,782 dengan signifikansi 0,000 (p<0,05). Artinya hipotesis dalam penelitian ini yang berasumsi ada hubungan positif antara intimasi pertemanan dengan <em>self-disclosure </em>pada mahasiswa baru diterima. Artinya semakin tinggi intimasi pertemanan yang terjalin antar mahasiswa, maka semakin tinggi tingkat <em>self-disclosure</em> yang dirasakan mahasiswa.</p>2024-10-17T16:53:43+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jiwa/article/view/11694Persepsi diri sebagai faktor penentu dalam pengambilan keputusan jurusan Kuliah: Studi kasus siswa SMA2024-10-20T03:41:24+00:00Firdausiah Salfa Nabillafirdanabila70@gmail.comIsrida Yul Arifianaisrida@untag-sby.ac.idMamang Efendymamangefendy@untag-sby.ac.id<p><strong><em>Abstract</em></strong></p> <p><em>Self-perception is one of the factors that influence the decision-making of college majors in high school students. A person can be said to have self-perception if they can judge about themselves which includes how they behave, see the quality of their abilities, and their own personal characteristics. This study aims to determine whether there is a relationship between self-perception and decision making for college majors in high school students. This study used a correlational quantitative method with a total of 235 participants of Muhammdiyah 4 Surabaya high school students. The sample technique used is quota sampling technique with certain characteristics, namely 10th, 11th and 12th grade students who attend SMA Muhammadiyah 4 Surabaya. Data analysis using product moment. The results of this study indicate that there is a highly significant positive relationship between self-perception and decision making for college majors in high school students.</em></p> <p><strong><em>Abstrak</em></strong></p> <p><em>Persepsi diri merupakan salah faktor yang mempengaruhi Pengambilan Keputusan jurusan perkuliahan pada siswa SMA. Seseorang dapat dikatakan dapat memiliki persepsi diri jika dapat menilai tentang dirinya sendiri yang mencakup bagaimana mereka berperilaku, melihat kualitas kemampuan, dan karakteristik pribadi mereka sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi diri dengan pengambilan keputusan jurusan perkuliahan pada siswa SMA. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif koresional dengan jumlah partisipan 235 siswa SMA Muhammdiyah 4 Surabaya. Teknik sampel yang digunakan yaitu teknik quota sampling dengan karakteristik tertentu yakni siswa-siswi kelas 10,11 dan 12 yang bersekolah di SMA Muhammadiyah 4 Surabaya. Analisis data menggunakan product moment. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara Persepsi diri dengan pengambilan keputusan jurusan perkuliahan pada siswa SMA</em></p>2024-10-17T16:57:17+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jiwa/article/view/11744Psychological well-being pada pensiunan: Bagaimana peran gratitude?2024-10-20T03:41:30+00:00Destria Ayu Pertiwidestriaayu2212@gmail.comTatik Meiyuntariningsihtatikmeiyun@untag-sby.ac.idHetti Sari Ramadhanihetti_ramadhani@yahoo.com<p><strong><em>Abstract</em></strong></p> <p><em>Retirement is the transition period of an individual from work to a time when productivity will decrease as a result of the termination of work at a fixed age, so that an individual undergoes changes such as roles, desires, and lifestyle changes. Psychological well-being is defined as a condition in which a person is not only free from stress and mental problems, but also has a healthy and well-functioning psychological condition. This research aims to find out the relationship between gratitude and psychological well- being at retirement. The research subjects in this study were pensioners in the Telkom Pensioners Association (P2TEL) of West Surabaya, which numbered 84 people so this study uses a population study method. This research has two instruments namely a scale of gratitude with psychological well-being. This research is a type of quantitative research using the product moment correlation method with the help of SPSS 25 for windows. The result of a correlation coefficient of 0.260 shows that the level of the correlations of this study has a positive relationship with the degree of significance of 0.017 (p<0.05). This means that the higher the rate of gratitude of retirees, the higher will be the level of psychological well-being experienced by pensioners. </em></p> <p> </p> <p><strong><em>Abstrak</em></strong></p> <p><em>Masa pensiun adalah masa peralihan individu dari bekerja ke masa yang akan berkurangnya produktivitas karena pemberhentian kerja sesuai batas umur yang telah ditentukan, sehingga individu mengalami perubahan-perubahan seperti perubahan peran, keinginan, dan cara pola hidup. Adanya </em><em>psychological well-being </em><em>atau kesejahteraan psikologis membuat individu menyadari akan potensi diri yang dimiliki, peningkatan hubungan interpersonal yang positif, dan kejelasan tujuan hidup seseorang. </em><em>Psychological well-being </em><em>didefinisikan sebagai keadaan di mana seseorang tidak hanya terbebas dari tekanan dan masalah mental, tetapi juga memiliki kondisi psikologis yang sehat dan berfungsi dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara </em><em>gratitude </em><em>dengan </em><em>psychological well-being </em><em>pada pensiunan. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah para pensiunan di Persatuan Pensiunan Telkom (P2TEL) Surabaya Barat yang berjumlah 84 orang sehingga penelitian ini menggunakan metode studi populasi. Penelitian ini memiliki dua instrumen yaitu skala </em><em>gratitude </em><em>sebagai variabel bebas dan skala </em><em>psychological well-being </em><em>variabel terikat. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode korelasional </em><em>product moment </em><em>dengan bantuan SPSS 25 </em><em>for Windows. </em><em>Hasil koefisien korelasi sebesar 0,260 hal ini menunjukkan bahwa tingkat koefisien korelasi penelitian ini terdapat hubungan yang positif dengan taraf signifikansi sebesar 0,017 (p<0,05). Artinya semakin tinggi tingkat </em><em>gratitude </em><em>pensiunan maka akan semakin tinggi tingkat </em><em>psychological well-being </em><em>yang dialami pensiunan. Sebaliknya, apabila semakin rendah </em><em>tingkat </em><em>gratitude </em><em>pensiunan maka akan semakin rendah tingkat psychological well-being yang dialami pensiunan. </em></p>2024-10-17T17:00:47+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jiwa/article/view/11740Analisis job insecurity dan organizational citizenship behavior pada karyawan2024-10-20T03:41:43+00:00Adam Julian Pangestuadamjulian074@gmail.comDiah Sofiahdiahsofiah@untag-sby.ac.idEtik Darul Muslikahetikdarul@untag-sby.ac.id<p><strong><em>Abstract</em></strong></p> <p><em>Organizational Citizenship Behavior (OCB) is voluntary employee behavior that is not tied to formal responsibilities, without expectation of reward. One element that can affect OCB is job insecurity. This study aims to determine whether there is a relationship between job insecurity and OCB in employees at PT Pegadaian Regional Office XII Surabaya. This research uses correlational quantitative research. The sample technique in this study used a random sampling method where the subjects were taken from the entire population of 73 employees. The subjects in this study were all employees at PT Pegadaian Regional Office XII Surabaya. Data analysis was carried out using product moment correlation techniques. The result of the correlation coefficient is -0.614, this shows that the level of the correlation coefficient of this study has a negative relationship with a significance level of p=0.000 <0.01. This means that the greater the job insecurity felt by employees, the smaller the level of OCB shown by them. Conversely, if employees feel a lower level of job insecurity, the higher the OCB they show.<br><br></em></p> <p><strong><em>Abstrak</em></strong></p> <p><em>Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah perilaku sukarela karyawan yang tidak terikat tanggung jawab formal, tanpa mengharapan imbalan. Salah satu elemen yang dapat memengaruhi OCB adalah job insecurity. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara job insecurity dengan OCB pada karyawan di PT. Pegadaian Kantor Wilayah XII Surabaya. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif korelasional. Teknik sampel pada penelitian ini menggunakan metode random sampling yang dimana subjek diambil dari kesuluruhan populasi sebanyak 73 karyawan. Subjek pada penelitian ini adalah seluruh karyawan pada PT. Pegadaian Kantor Wilayah XII Surabaya. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment. Hasil koefisien korelasi sebesar -0,614, hal ini menunjukkan bahwa tingkat koefisien korelasi penelitian ini terdapat hubungan negatif dengan taraf signifikasi sebesar p=0,000<0,01. Artinya, semakin besar job insecurity yang dirasakan oleh karyawan, maka semakin kecil tingkat OCB yang ditunjukkan oleh mereka. Sebaliknya, jika karyawan merasakan tingkat job insecurity yang lebih rendah, maka OCB yang mereka tunjukkan akan semakin tinggi.</em></p>2024-10-17T17:05:38+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jiwa/article/view/11728Leisure boredom dan kecenderungan kecanduan media sosial tiktok pada gen Z2024-10-20T03:41:55+00:00Sofi Pappasoffipappa009@gmail.comHerlan Pratiktoherlanpratikto@yahoo.co.idAkta Ririn Aristawatiakta_ririn@untag-sby.ac.id<p><strong><em>Abstract </em></strong></p> <p><em>This research aims to determine the relationship between Leisure boredom and the Tendency of Addiction to Social Media Tik Tok in Generation Z. This research is quantitative research using correlational quantitative methods. The sampling technique in this study used purposive sampling with a sample of 120 generation Z using Social Media Tik Tok scale and Leisure boredom scale. The results of the analysis using product moment correlation showed that leisure boredom with a tendency to be addicted to social media Tik Tok in generation Z obtained a correlation there is significant positive relationship between leisure boredom and the tendency to be addicted to social media Tik Tok in generation Z. This can be interpreted as the higher the leisure boredom, the higher the tendency to be addicted to social media Tik Tok in generation Z</em></p> <p><strong><em>Abstrak </em></strong></p> <p><em> </em></p> <p><em>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya Hubungan antara Leisure boredom dengan Kecenderungan Kecanduan Media Sosial Tik Tok pada Anak Muda Generasi Z. penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode kuantitatif korelasional. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan pusposive sampling dengan sampel 120 anak muda generasi Z menggunakan skala kecanduan media sosial Tik Tok dan skala Leisure boredom. Hasil analisis menggunakan korelasi product moment menunjukkan bahwa leisure boredom dengan kecenderungan kecanduan media sosial Tik Tok pada anak muda generasi Z memperoleh hasil terdapat hubungan positif yang signifikan antara leisure boredom dengan kecenderungan kecanduan media sosial Tik Tok pada anak muda generasi Z. Hal ini dapat diartikan semakin tinggi leisure boredom maka semakin tinggi juga kecenderungan kecanduan media sosial Tik Tok pada anak muda generasi Z.</em></p>2024-10-20T02:23:53+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jiwa/article/view/11724Ketidakjujuran akademik siswa sekolah menengah atas sebagai dampak dari fear of failure?2024-10-20T03:42:05+00:00Dewi Susantidewisanti004@gmail.comNiken Titi Pratitisnikenpratitis@untag-sby.ac.idRahma Kusumandarirahmakusumandari@untag-sby.ac.id<p><strong>Abstract</strong></p> <p>Education is a planned effort to develop a person's potential so that they can gain religious strength, self-control, personality, intelligence, noble morals and skills that are beneficial to society and themselves. The aim of this research is to determine the relationship between fear of failure and academic dishonesty. The population in this study were students in grades 11 and 12 of SMA Dharma Wanita Surabaya. The sampling technique used in this research is the quota sampling technique. This research uses quantitative research. The type of research used is correlational research. The method used is a Likert scale. The results of data analysis using Spearman Brown show that there is a very significant relationship between the variables fear of failure and academic dishonesty. The results of this research show that there is a positive relationship between fear of failure and academic dishonesty. The higher the fear of failure, the higher the academic dishonesty. Based on research that has been carried out, students are advised not to set targets too often to achieve good grades, this is so that students do not do things that violate the regulations, such as cheating and so on. Further research is expected to be able to develop variables based on research as well as the risk of failure.</p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Pendidikan adalah upaya yang sudah direncanakan untuk mengembangkan potensi diri seseorang sehingga mereka dapat memperoleh kekuatan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang bermanfaat bagi masyarakat dan diri mereka sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara fear of failure dengan ketidakjujuran akademik. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas dan 11 dan 12 SMA Dharma Wanita Surabaya. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik quota sampling. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Metode yang digunakan berupa skala likert. Hasil analisis data menggunakan Spearman Brown menunjukkan terdapat hubungan yang sangat signifikan anatar variabel fear of failure dan ketidakjujuran akademik. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif antara fear of failure dengan ketidakjujuran akademik semakin tinggi fear of failure yang terjadi maka ketidakjujuran akademik juga meningkat. Berrdasarkan pernerlitian yang terlah dilakurkan, para siswa disarankan urnturk tidak terrlalur serring mermasang targert urnturk mermperrolerh nilai bagurs, hal ini dikarernakan agar para siswa tidak merlakurkan hal-hal yang merlanggar perraturran serperrti merlakurkan kercurrangan dan lain-lain. Pernerliti serlanjurtnya diharapkan dapat mermperrluras variaberl berbas pernerlitian serlain <em>ferar of failurrer</em>.</p>2024-10-20T02:32:52+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jiwa/article/view/11691Hubungan antara iklim organisasi dengan change oriented organizational citizenship behavior (OCB-CH) pada karyawan di PT. X2024-10-20T03:42:12+00:00Sadewa Arya Diputrasadewadiputra20@gmail.comDiah Sofiahsadewadiputra20@gmail.comYanto Prasetyosadewadiputra20@gmail.com<p>ABSTRAK<br>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tedapat hubungan antara iklim organisasi dengan change-oriented organizational citizenship behavior pada karyawan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode korelasional. Teknik pengambilan sempel dalam penelitian ini menggunakan random sampling. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 50 responden pada kaaryawan. Hasil analisis product moment menunjukkan bahwa hubungan antara iklim organisasi dengan change-oriented organizational citizenship behavior pada karyawan dengan koefisien sebesar 0,522, signifikansi p=0,000 (p<0,01) yang berarti terdapat hubungan signifikan positif antara iklim organisasi dengan change-oriented organizational citizenship behavior pada karyawan. Jika karyawan mempunyai Iklim Organisasi yang tinggi maka semakin tinggi juga karyawan memunculkan perilaku Change-Oriented OCB, sebaliknya apabila karyawan memiliki Iklim Organisasi yang rendah maka semakin rendah juga karyawan memunculkan perilaku Change-Oriented OCB.</p> <p><em>ABSTRACT</em><br><em>This study aims to determine the relationship between organizational climate and change-oriented organizational citizenship behavior in employees. This research is a type of quantitative research using a correlational method. The sampling technique in this study uses random sampling. The subjects in this study were 50 respondents in the study. The results of the product moment analysis showed that the relationship between organizational climate and change-oriented organizational citizenship behavior in employees with a coefficient of 0.522, significance p=0.000 (p<0.01) which means that there was a positive significant relationship between organizational climate and change-oriented organizational citizenship behavior in employees. If employees have a high Organizational Climate then the higher the employee will also develop Change-Oriented OCB, on the other hand if the employee has a low Organizational Climate then the lower the employee will also appear Change-Oriented OCB.</em></p>2024-10-20T02:38:24+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jiwa/article/view/11684Change-oriented OCB: Bagaimana peran psychological capital menunjang generasi Z ditempat kerja?2024-10-20T03:42:17+00:00Rey Anwar Fachryreyanwarfachry1503@gmail.comDiah Sofiahreyanwarfachry1503@gmail.comYanto Prasetyoreyanwarfachry1503@gmail.com<p><em>Current cafes are usually filled with young employees, The young generation of this era is usually called generation Z is often known as the strawberry generation or the generation that is passionate and enthusiastic but cannot face social pressure and easily gives up when faced with problems. This research was conducted on generation Z who were working in cafes/coffeeshops in the Dukuh Pakis area and aged 18-28 years with a total of 127 out of 142 participants. This research used a quantitative method approach. Data collection was carried out using measurement instruments adapted to the Change-Oriented OCB scale (OCB-CH) and PCQ-24. Data analysis used the Spearman's Rho analysis technique with results showing a strong positive correlation between the two variables studied with a correlation coefficient of 0.469 with a significance level of 0.000 (p < 0.01). This means that the higher the level of Psychological Capital, the higher the level of OCB-CH behavior and </em><em>otherwise</em><em>, the lower the level of Psychological Capital, the lower the level of OCB-CH behavior.</em></p> <p><em> </em></p> <p><em>Keywords: Psychological Capital, OCB-CH, Cafe, Coffeeshop, Gen Z</em></p>2024-10-20T02:41:48+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jiwa/article/view/11725Intensitas penggunaan media sosial dan konformitas: Dinamika perilaku konsumtif remaja akhir2024-10-20T03:42:19+00:00Kiky Marsya Aliyya Purwitamarsyaakikyp@gmail.comAndik Matulessymarsyaakikyp@gmail.comNindia Pratitismarsyaakikyp@gmail.com<p>Remaja umumnya selalu ingin mengikuti tren, hal ini menyebabkan remaja merasa tidak puas dengan apa yang dimiliki dan menjadi konsumtif. Perilaku konsumtif merupakan tindakan seseorang dalam membeli barang yang tidak didasarkan pada pertimbangan rasional. Intensitas penggunaan media sosial adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan berulang dalam menggunakan media sosial. Konformitas adalah sebuah perubahan perilaku karena pengaruh sosial. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif korelasional. Subjek yang digunakan pada penelitian ini adalah remaja yang berusia 18-21 sebanyak 106. Pengujian pada penelitian ini menggunakan metode <em>Kendal tau.</em> Hasil pada penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan antara intensitas penggunaan media sosial dengan perilaku konsumtif. Penelitian ini juga menunjukkan hasil tidak terdapat hubungan antara konformitas dengan perilaku konsumtif.</p>2024-10-20T02:48:13+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jiwa/article/view/11449Peer attachment: Kunci mengurangi perilaku agresif pada anak sekolah dasar2024-10-20T03:42:21+00:00Hanifa Wafiqul Munahanifamuna4@gmail.comIGAA Noviekayatinoviekayati@untag-sby.ac.idAliffia Anantaaliffia@untag-sby.ac.id<p><strong><em>Abstract </em></strong></p> <p><em>This study aims to determine the relationship between peer attachment and aggressive behavior in elementary school children. Aggressive behavior refers to an individual's response or reaction to their environment that hurts other individuals. Aggressive behavior is characterized by behaviors that individuals do that hurt other individuals in verbal and non-verbal forms. This study used 92 subjects with age variations of 9-11 years old who are elementary school students. Data collection was conducted at school using a questionnaire in the form of a guttman scale, using measurement instruments consisting of The Aggression Questionnaire and Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA). Spearman's Rho analysis shows that Aggressive Behaviour and Peer Attachment have a negative linear association. That is, the stronger the peer relationship, the less aggressive the behaviour of elementary school students.</em></p> <p><strong><em>Abstrak</em></strong></p> <p>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kelekatan teman sebaya dengan perilaku agresif pada anak sekolah dasar. Perilaku agresif merupakan respon atau reaksi individu terhadap lingkungannya yang menyakiti individu lain. Perilaku agresif ditandai dengan perilaku yang dilakukan individu yang menyakiti individu lain dalam bentuk verbal maupun non verbal. Penelitian ini menggunakan 92 subjek dengan variasi usia 9-11 tahun yang merupakan siswa sekolah dasar. Pengumpulan data dilakukan di sekolah dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk skala guttman, dengan menggunakan alat ukur yang terdiri dari Kuesioner Agresi dan Inventori Kelekatan Orangtua dan Teman Sebaya (IPPA). Analisis menggunakan Spearman's Rho yang menunjukkan adanya hubungan negatif dan linier antara Perilaku Agresif dengan <em>Peer Attachment</em>. Artinya, semakin tinggi <em>Peer Attachment</em>, maka semakin rendah perilaku agresif anak sekolah dasar.</p> <p> </p>2024-10-20T02:51:58+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jiwa/article/view/11717Caregiver burden dan kualitas hidup: Kajian studi pada ibu yang memiliki anak autisme spectrum disorder2024-10-20T03:42:28+00:00Siti Meisarah Ridzkinamaisarahsiti861@gmail.com<p style="font-weight: 400;"><em>Caring for a child with Autism Spectrum Disorder presents challenges and obstacles for every parent, especially mothers, because their role is more closely related to being the main caregiver for the child so that they are vulnerable to feeling both physical and psychological fatigue, which can trigger the emergence of caregiver burden in themselves, which will have an impact on reducing their quality of life. This study aimed to determine the relationship between caregiver burden and quality of life in mothers of children with Autism Spectrum Disorder (ASD) in Banda Aceh City. A total of 62 mothers who have ASD children in Banda Aceh City were involved as research samples selected using the Quota Sampling technique. Data were collected using the Quality of Life Autism-Parent Version and the Zarit Burden Interview-New Short Version. Analysis of research data using Jeffrey's Amazing Statistics Program, where the results of the analysis show that there is a negative relationship between caregiver burden and quality of life in mothers who have ASD children in Banda Aceh City, which means that the higher the caregiver burden felt, the lower the quality of life in mothers who have ASD children, and vice versa, the lower the caregiver burden felt, the higher the quality of life.</em></p> <p style="font-weight: 400;"> </p> <p style="font-weight: 400;"><em> </em></p>2024-10-20T02:54:51+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jiwa/article/view/11748Penyesuaian diri pada remaja yang tinggal di ekslokalisasi: Apakah self-esteem berhubungan dengan penyesuaian diri pada remaja yang tinggal di ekslokalisasi?2024-10-20T03:42:32+00:00Anggun Puspitaanggunpoy@gmail.comTatik Meiyuntariningsihtatikmeiyun@untag-sby.ac.idAkta Ririn Aristawatiakta_ririn@untag-sby.ac.id<p><strong>Abstract</strong></p> <p>This study focuses on assessing the relationship between self-esteem and self-adjustment among adolescents living in ex-localities. The approach applied in this research is a quantitative approach. The research sample consists of adolescents aged 17 to 20 years residing in ex-localities. Data were collected using Likert scales, which included scales for self-esteem and self-adjustment. The method used for data analysis is the Product Moment correlation. The analysis results show a correlation coefficient (r) of 0.728 with a p-value of 0.000, which is less than 0.005. These findings indicate a significant positive relationship between self-esteem and self-adjustment among adolescents in ex-localities. Therefore, the hypothesis identified in this study is accepted.</p> <p> </p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Penelitian ini berfokus pada penilaian hubungan antara self-esteem dan penyesuaian diri di kalangan remaja yang tinggal di ekslokalisasi. Pendekatan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Sampel penelitian terdiri dari remaja berusia 17 hingga 20 tahun yang berada di ekslokalisasi. Data dikumpulkan menggunakan skala Likert yang mencakup skala harga diri dan penyesuaian diri. Metode yang diterapkan untuk analisis data adalah korelasi Product Moment. Hasil analisis menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,728 dengan nilai p = 0,000 yang kurang dari 0,005. Temuan ini mengindikasikan adanya hubungan positif yang signifikan antara self-esteem dan penyesuaian diri di kalangan remaja ekslokalisasi. Oleh karena itu, hipotesis yang diidentifikasi dalam penelitian ini dapat diterima.</p>2024-10-20T03:00:04+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jiwa/article/view/11810Organizational citizenship behavior pada karyawan: Bagaimana work engagement berperan?2024-10-20T03:42:44+00:00Muhammad Rizqi Aditiyarizqiaditiyah@gmail.comDiah Sofiahrizqiaditiyah@gmail.comYanto Prasetyorizqiaditiyah@gmail.com<p><strong><em>Abstrak </em></strong></p> <p>Perusahaan retail penjualan motor atau disebut dealer menghadapi persaingan yang semakin kompetitif. Persaingan penjualan motor terjadi pada merek dagang yang berbeda dan merek dagang yang sama dengan toko yang berbeda. Persaingan yang ada menuntut karyawan untuk menjukkan kinerja yang maksimal dalam rangka mencapai hasil kerja maksimal. Salah satu upaya perilaku untuk meningkatkan performa yaitu perilaku <em>extra-role</em> yang juga disebut <em>organizational citizenship behavior</em>. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi <em>organizational citizenship behavior</em> yaitu work engagement. Karyawan yang memiliki work engagement dapat digambarkan dengan semangat tinggi, ulet dalam melaksanakan tanggung jawab pekerjaan, tekun dan memiliki kemauan, menunjukkan keterikatan kerja yang kuat, antusias, memiliki inspirasi, kebanggaan, dalam melakukan pekerjaannya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Sampel penelitian ini sebanyak 72 orang yang bekerja di divisi administrasi, sales marketing dan mekanik. Metode pengumpulan data menggunakan skala <em>Organizat</em><em>ional Citizenship Behavior</em> (Podsakoff dkk, 1996) dan UWES (Scahufelli & Bakker, 2004). Teknik analisis data menggunakan <em>Spearman Brown</em>. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh koefisien korelasi yang menunjukkan rxy = 0.324 dengan p= 0.006 <0.01, yang artinya adalah adanya korelasi positif dan sangat signifikansi, antara <em>organizational citizenship behavior</em> dengan <em>work engagement</em>. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa responden penelitian yaitu karyawan di divisi marketing, sales dan administrasi termasuk kategori tinggi, yang artinya sesuai dengan hasil uji hipotesis sebelumnya yaitu adanya hubungan positif yang signifikansi antara <em>work engagement</em> dengan OCB.</p> <p> </p> <p><strong>Kata Kunci</strong>: <em>organizational citizenship behavior, work engagement</em>, kinerja</p>2024-10-20T03:02:52+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jiwa/article/view/11835Pengambilan keputusan pada mahasiswa yang mengikuti MBKM: Bagaimana peran konformitasnya?2024-10-20T03:42:49+00:00Aditya Rizky Firmansyahomplong12a@gmail.comTatik Meiyuntariningsihomplong12a@gmail.comAkta Ririn Aristawatiomplong12a@gmail.com<p><strong><em><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Abstrak</span></span></em></strong></p> <p><em><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan pengambilan keputusan pada mahasiswa yang menempuh MBKM. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan jenis penelitian korelasional. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa yang menempuh MBKM di Fakultas Psikologi yang berjumlah 103 orang. Metode pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran angket secara online menggunakan Google Form dengan menggunakan skala likert. Diperoleh hasil Product Moment dengan nilai signifikan untuk hubungan antara Konformitas dengan Pengambilan Keputusan sebesar 0,000 < 0,01 yang artinya terdapat hubungan yang negatif antara Konformitas dengan Pengambilan Keputusan. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin rendah pengambilan keputusan namun sebaliknya semakin rendah konformitas maka semakin tinggi pengambilan keputusan. Penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyak mahasiswa yang melakukan perilaku konformitas terkait pengambilan keputusan dalam MBKM yang diikutinya.</span></span></em></p> <p><strong><em><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Kata Kunci</span></span></em></strong><em><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"> : Kesesuaian, Pengambilan Keputusan, Siswa, MBKM</span></span></em></p> <p><strong><em><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Abstrak</span></span></em></strong></p> <p><em><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara Konformitas dengan Pengambilan Keputusan pada Mahasiswa yang mengikuti MBKM. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan penelitian korelasional. Subjek penelitian ini sebanyak 103 pada mahasiswa yang mengikuti MBKM di Fakultas Psikologi. Metode pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuisioner secara online menggunakan Google Form dengan menggunakan skala likert. Diperoleh hasil Product Moment dengan nilai signifikan pada hubungan Konformitas dengan Pengambilan Keputusan adalah sebesar 0,000 < 0,01 yang berarti terdapat hubungan negatif antara Konformitas dengan Pengambilan Keputusan. Artinya semakin tinggi konformitas maka semakin rendah keputusan pengambilan, namun sebaliknya semakin rendah konformitas maka semakin tinggi keputusan pengambilan. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa masih banyak yang melakukan perilaku konformitas atas pengambilan keputusan pada MBKM yang mereka ikuti </span></span></em><em><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">.</span></span></em></p> <p><strong><em><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Kata Kunci</span></span></em></strong><em><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;"> : Konformitas, Pengambilan Keputusan, Mahasiswa, MBKM</span></span></em></p>2024-10-20T03:07:24+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jiwa/article/view/11844Celebrity worship pada perempuan dewasa awal penggemar K-pop: bagaimana peran kesepian?2024-10-20T03:43:13+00:00Endah Suryaningsihendahsuryaningsih360@gmail.comNiken Titi Pratitisnikenpratitis@untag-sby.ac.idIsrida Yul Arifianaisrida@untag-sby.ac.id<p><em>Celebrity worship is excessive idolization behavior, this behavior occurs a lot in adolescents and will decline in adulthood but some studies have found that Celebrity worship still occurs in early adulthood. This study aims to determine the relationship between loneliness and celebrity worship in early adult female K-pop fans. This study used quantitative research methods involving 100 adult female K-pop fans. The research technique used in sampling used accidental sampling. The measuring instrument in this study used a 25-item loneliness scale and a 20-item celebrity worship scale. The results of the analysis show that the hypothesis is rejected and there is a significant negative relationship between loneliness and Celebrity worship in adult female K-pop fans. In conclusion, loneliness and celebrity worship are not related, which means that if individuals have a low level of loneliness, the tendency for celebrity worship behavior is high. Vice versa, the higher the level of individual loneliness, the lower the tendency of celebrity worship behavior.</em></p> <p> </p> <p><em>Celebrity worship adalah perilaku pengidolaan yang berlebihan, perilaku tersebut banyak terjadi pada remaja dan akan menurun pada usia dewasa namun beberapa penelitian ditemukan bahwa Celebrity worship masih terjadi pada masa dewasa awal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesepian dengan celebrity worship pada perempuan dewasa awal penggemar K-pop. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan melibatkan 100 orang perempuan dewasa penggemar K-pop. Teknik penelitian yang digunakan dalam pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan skala kesepian sebanyak 25 aitem dan skala celebrity worship sebanyak 20 aitem. Hasil analisis menunjukkan bahwa hipotesis ditolak dan terdapat hubungan negatif siginifikan antara kesepian dengan Celebrity worship pada perempuan dewasa penggemar K-pop. Kesimpulannya kesepian dan celebrity worship tidak berhubungan yang dapat diartikan apabila individu memiliki tingkat kesepian yang rendah maka kecenderungan perilaku celebrity worship tinggi. Begitu pula sebaliknya, semakin tinggi tingkat kesepian individu maka semakin rendah kecenderungan perilaku celebrity worship.</em></p> <p> </p>2024-10-20T03:12:02+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jiwa/article/view/11739Intensitas bermain judi online meningkat: Bagaimana peranan kontrol diri?2024-10-20T03:43:33+00:00Ramadani Dwi Fitrinandaramadanifitrananda@gmail.comTatik Meiyuntariningsihramadanifitrananda@gmail.comHetti Sari Ramadhaniramadanifitrananda@gmail.com<p>Abstract <br>Play intnsity is th level of how often an individual carries out certain activities based on feelings of enjoyment in the activity being carried out. This research aims to find out whthrr there is a relationship between self-control and the intensity of playing online gambling. Correlational quantitative research method with a total of 99 respondent as online gambling players taken using a purposive sampling technique. The research scale based on Averill’s theory (2010) with a cronbach alpha value of 0,98 and a playing intensity scale based on horrigan’s theory (2002) with a cronbach alpha value of 0,73. The data analysis technique uses Pearson product moment correlation analysis. The research results sho that there is a negative relationship between selfcontrol and the intensity of playing online gambling. Through slf-control, online gambing players can sort out the impacts of actions that are detrimental to themselves so that the intensity of paling online gambling can decrease.</p> <p>Abstrak <br>lntensitas bermain merupakan tingkat seberapa sering individu dalam melakukan kegiatan tertentu yang didasari oleh perasaan senang pada kegiatan yang dilakukan. PeneIitian inii bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kontroI diridengan intensitas bermain judi online. Metoode peneIitian kuantitatif koreIasionaI dengan jumlah responden sebanyak 99 orang pemain judi online yang diambil dengan teknik purposive sampling. Skala penelitian menggunakan skala kontrol diri disusun berdasarkan teori Averill (2010) dengan nilai cronbach alpha 0,98 dan skala intensitas bermain yang disusun berdasarkan teori Horrigan (2002) dengan nilai cronbach alpha 0,73. Teknik analisis data menggunakan analisis korelasi pearson product moment. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif antara kontrol diri dengan intensitas bermain judi online. Melalui kontrol diri pemain judi online dapat memilah dampak-dampak perbuatan yang merugikan dirinya sehingga dapat membuat intensitas bermain judi online menurun.</p>2024-10-20T03:16:45+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jiwa/article/view/11769Hubungan antara strategi koping dengan kontrol diri ilustrator2024-10-20T03:43:45+00:00Azka Marcelineazkamarceline13@gmail.comI Gusti Ayu Agung Noviekayatiekayatinovi@gmail.comAmherstia Pasca Rinapascarina@untag-sby.ac.id<p><em>This research aims to examine the relationship between coping strategies and self-control among illustrators. In the analysis, self-control is treated as the independent variable, while coping strategies are considered the dependent variable. The research method used is quantitative correlational. The sampling technique applied is purposive sampling with a minimum of 234 members of the Ilustrasee community aged 15–25 years. This study uses two instruments: the self-control scale and the coping strategy scale. The data were analyzed using the Pearson correlation test with the assistance of SPSS software version 25 for Windows. The analysis results showed a correlation coefficient of 0.537, indicating a positive relationship between self-control and coping strategies at a significance level of 0.000 (p = 0.05). Therefore, the higher someone’s self-control, the higher their coping strategies, and vice versa.</em></p> <p>Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara strategi koping dan kontrol diri pada ilustrator. Dalam analisisnya, kontrol diri dijadikan variabel independen sedangkan strategi koping sebagai variabel dependen. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif korelasional. Teknik sampel yang diterapkan adalah purposive sampling dengan jumlah minimal 234 anggota komunitas Ilustrasee yang berusia 15-25 tahun. Penelitian ini menggunakan dua instrumen yaitu skala kontrol diri dan strategi koping. Data dianalisis menggunakan uji korelasi Pearson dengan bantuan perangkat lunak SPSS versi 25 for Windows. Hasil analisis menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,537, yang mengindikasikan adanya hubungan positif antara kontrol diri dan strategi koping pada tingkat signifikansi 0,000 (p=<0,05). Maka dari itu, semakin tinggi kontrol diri seseorang, semakin tinggi pula strategi koping yang dimiliki dan sebaliknya.</p>2024-10-20T03:18:50+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jiwa/article/view/11845Peran pola asuh toxic parents terhadap perilaku bullying pada remaja2024-10-20T03:44:10+00:00Nabila Dyah Ayu Pramestinabiladyahayu10@gmail.comTatik Meiyuntariningsihtatikmeiyun@untag-sby.ac.idHetti Sari Ramadhanihetti_sari@untag-sby.ac.id<p><strong><em>Abstract </em></strong></p> <p><em>Teenagers are expected to be able to complete their developmental tasks well, overcome personal problems and behave according to the values and rules of their surrounding environment. However, adolescence is often a challenging time with significant physical and psychological changes, which can affect their attitudes and behavior. One of the negative behaviors that often occurs among teenagers is bullying. This research aims to determine the relationship between toxic parenting patterns and bullying behavior in junior high school teenagers. This research was conducted at SMP "X" on students in grades VII, VII, and IX who lived with their parents. The data collection technique in this research used the Accidental Sampling technique where participants were taken by chance. Because the population size is unknown, 105 respondents were found when distributing the data. Based on the results of the validity test of this research, valid results were obtained, however, for the normality test, this research did not have a normal distribution. Therefore, this study uses the Spearman Rho data analysis technique to determine whether there is a relationship in this study. After conducting research, the results showed that there was a relationship between toxic parenting patterns and bullying behavior in teenagers.</em></p> <p> </p> <p><strong><em>Abstrak </em></strong></p> <p><em>Remaja diharapkan menjalani tugas perkembangan mereka dengan baik untuk mengatasi masalah pribadi dan berperilaku sesuai nilai serta aturan lingkungan sekitar. Namun, masa remaja sering kali menjadi periode penuh tantangan dengan perubahan fisik dan psikologis yang signifikan, yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku mereka. Bullying menjadi perilaku berbahaya yang sangat umum terjadi di kalangan remaja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perilaku bullying pada siswa sekolah menengah pertama berhubungan dengan pola asuh orang tua yang tidak sehat.. Penelitian ini dilakukan di SMP “X” pada siswa kelas VII,VII, dan IX yang tinggal bersama dengan orang tua. Teknik pengambilan data pada penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling dimana partisipan diambil secara kebetulan. Dikarenakan jumlah populasi tidak diketahui, maka didapati 105 responden selama penyebaran data. Berdasarkan hasil uji validitas dalam penelitian ini didapatkan hasil yang valid namun untuk uji normalitas penelitian ini tidak berdistribusi normal. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan teknik analisis data Spearman Rho’s untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan dalam penelitian ini. Setelah dilakukan penelitian, didapatkan hasil adanya hubungan antara pola asuh toxic dengan perilaku bullying pada remaja.</em></p>2024-10-20T03:23:46+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jiwa/article/view/11923Dukungan sosial teman sebaya dengan tingkat quarter life crisis pada individu dewasa awal2024-10-20T03:44:15+00:00Dandy Putra Hariyantodandyph05@gmail.comAmherstia Pasca Rinadandyph05@gmail.comDwi Sarwindah Sukiatnidandyph05@gmail.com<p><strong><em>Abstract</em></strong></p> <p><em>This research aims to determine the relationship between peer social support and the level of quarter life crisis in early adult individuals. The subjects of this research were vulnerable individuals aged 19-29 years in the city of Surabaya with a total of 100 respondents. Based on analytical calculations using Spearman Rho, a correlation score of 0.225 was obtained with a significance level of 0.000 (p<0.05), meaning that there was no negative relationship between social support and the quarter life crisis. The result is that the higher the social support an individual has, it has no effect on the level of quarter life crisis experienced by that individual.</em></p> <p> </p> <p><strong>Keywords:</strong> social support, Quarter life crisis, adult individuals</p> <p> </p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p><em>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan tingkat quarter life crisis pada individu dewasa awal. Subjek penelitian ini adalah individu di rentan usia 19-29 tahun yang ada di kota Surabaya dengan jumlah responden 100 orang. Berdasarkan perhitungan analisis menggunakan Spearman Rho diperoleh skor korelasi Sebesar 0.225 dengan taraf signifikansi sebesar 0.000 (p<0.05) artinya tidak terdapat hubungan negatif antara dukungan sosial dengan quarter life crisis. Hasilnya semakin tinggi dukungan sosial yang dimiliki individu tidak berpengaruh terhadap tingkat quarter life crisis yang dialami oleh individu tersebut.</em></p> <p><em> </em></p> <p><strong>Kata Kunci:</strong> Dukungan Sosial, Quarter life crisis, Remaja Awal</p>2024-10-20T03:25:48+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jiwa/article/view/11723Pola asuh permisif dan insecure attachment sebagai pemicu kenakalan remaja?2024-10-20T03:44:20+00:00Egy Oktadrian Saputraegyokta008@gmail.comSahat Saragihsahatsaragih@untag-sby.ac.idAmanda Pasca Riniamanda@untag-sby.ac.id<p><strong><em>Abstract</em></strong></p> <p>The puberty period is one of the important development periods in the life of every human being. It is during this period that teenagers compete to start looking for their identity. Juvenile delinquency is not only a social problem, but also a developmental problem. In this research, the population used was 120 grade 10 students at SMA Dharma Wanita Surabaya. The sampling technique used was saturated sampling. When data was collected, only 110 people could fill out the questionnaire. This research is included in the quantitative research method with a correlational type. The juvenile delinquency scale used in this research was prepared based on aspects proposed by Sarwono (2002). The permissive parenting style scale is based on aspects proposed by Hurlock (1993). The insecure attachment scale is based on aspects proposed by Armsden & MarkT. Greenberg (1987) The results of this study show that there is an insignificant positive relationship between permissive parenting and insecure attachment and juvenile delinquency. Suggestions that researchers can give to research participants are that students are expected to have the courage to convey to their parents if they feel that their parents are implementing all aspects of permissive parenting. It is hoped that parents will further increase their attachment to their children. Future researchers are expected to use Bartholomew & Horowitz's theory (1991) to deepen the aspects and tools for measuring insecure attachment.</p> <p><strong><em>Abstrak</em></strong></p> <p>Periode Baligh adalah satu diantara periode perkembangan penting dalam kehidupan setiap umat manusia. Pada masa inilah para remaja berlomba-lomba untuk mulai mencari jati diri.Kenakalan remaja bukan hanya menjadi masalah sosial, tetapi juga masalah perkembangan. Pada penelitian ini, populasi yang digunakan yaitu siswa kelas 10 SMA Dharma Wanita Surabaya yang berjumlah 120 orang. Teknik sampling yang digunakan yakni sampling jenuh ada saat pengambilan data hanya 110 orang yang dapat mengisi kuesioner. Penelitian ini termasuk ke dalam metode penelitian kuantitatif dengan jenis korelasional. Skala kenakalan remaja yang digunakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan aspek yang telah dikemukakan oleh Sarwono (2002). Skala pola asuh permisif disusun berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Hurlock (1993) Skala insecure attachment disusun berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Armsden & MarkT. Greenberg (1987) Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwasannya terdapat hubungan positif yang tidak signifikan antara pola asuh permisif dan insecure attachment dengan kenakalan remajaSaran yang bisa diberikan peneliti kepada partisipan penelitian adalah Siswa diharapkan berani menyampaikan kepada orangtua apabila dirasa orangtuanya menerapkan seluruh aspek pola asuh permisif. Bagi orang tua diharapkan agar lebih meningkatkan lagi kelekatannya kepada anak Bagi peneliti selanjutnya adalah diharapkan menggunakan teori miliki Bartholomew & Horowitz (1991) guna memperdalam aspek serta alat ukur insecure attachment.</p>2024-10-20T03:31:06+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jiwa/article/view/11838Kecenderungan BDD pada laki-laki anggota gym: Adakah peran perfeksionisme dan konsep diri?2024-10-20T03:44:34+00:00Zafira Dwi Maretamaretazafira@gmail.comDyan Evita Santidyanevita@untag-sby.ac.idRahma Kusumandari -rahmakusumandari@untag-sby.ac.id<p><strong><em>Abstract </em></strong></p> <p><em>This study aims to determine the relationship between perfectionism and self-concept with the tendency of Body Dysmorphia Disorder in male users of Gym services. This research is a type of quantitative research using correlational quantitative methods. The technique of taking participants in this study used Incidental sampling. Participants in this study were 124 respondents with criteria aged 18-30 years. Perfectionism measurement uses a modified BTPS (Big Three Personality Scale) scale into Indonesian based on the perfectionism scale according to Saklofske, et al. Measurement of self-concept data uses a scale based on the theory put forward by Carl Rogers. In addition, the measurement of Bpdy Dysmorphic Disorder tendency data is based on aspects of the theory put forward by Phillips. The results of statistical analysis of the relationship between perfectionism and self-concept variables simultaneously on the tendency of Body Dysmorphia Disorder shows that there is a significant relationship between the independent variables to the dependent between perfectionism and self-concept with the tendency of Body Dysmorphia Disorder. Partial test results on perfectionism variables shows that there is a significant positive relationship between perfectionism and the tendency of Body Dysmorphia Disorder so that the higher the perfectionism, the higher the tendency of Body Dysmorphia Disorder owned. While the partial test results on the self-concept variable shows that there is a significant negative relationship between self-concept and the tendency of Body Dysmorphia Disorder.</em></p> <p><strong><em>Abstrak </em></strong></p> <p>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perfeksionisme dan konsep diri dengan kecenderungan <em>Body Dysmorphia Disorder</em> pada laki-laki pengguna layanan <em>Gym</em>. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode kuantitatif korelasional. Teknik pengambilan partisipan dalam penelitian ini menggunakan <em>Incidental </em><em> sampling. </em>Partisipan dalam penelitian ini sebanyak 124 responden dengan kriteria berusia 18 – 30 tahun. Pengukuran perfeksionisme menggunakan modifikasi skala BTPS (<em>Big Three Personality</em><em> Scale</em>) menjadi bahasa indonesia berdasarkan skala perfeksionisme menurut Saklofske,dkk. Pengukuran data konsep diri menggunakan skala yang berdasarkan teori yang di kemukakan oleh Carl Rogers. Selain itu, pengukuran data kecenderungan Bpdy Dysmorphic Disorder didasarkan pada aspek teori yang dikemukakan oleh Phillips. Hasil analisis statistika hubungan variabel perfeksionisme dan <em>konsep diri</em> secara simultan terhadap kecenderungan <em>Body Dysmorphia Disorder</em>, terdapat hubungan antara variabel bebas ke terikat yang signifikan antara perfeksionisme dan konsep diri dengan kecenderungan <em>Body Dysmorphia Disorder</em>. Hasil uji parsial pada variabel perfeksionisme menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara perfeksionisme dengan kecenderungan <em>Body Dysmorphia Disorder</em> sehingga semakin tinggi sifat perfeksionisme, maka semakin tinggi kecenderungan <em>Body Dysmorphia Disorder</em> yang dimiliki. Sedangkan hasil uji parsial pada variable konsep diri menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan Antara konsep diri dengan kecenderungan <em>Body Dysmorphia Disorder</em>.</p>2024-10-20T03:34:14+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jiwa/article/view/11858Mengetahui pentingnya empati untuk membangun perilaku altruisme pada mahasiswa2024-10-20T03:44:49+00:00Chaurilia Devi Afiffachaurilia@gmail.comMamang Efendymamangefendy@untag-sby.ac.idKarolin Ristakarolinrista@untag-sby.ac.id<p><em>This study aims to determine the relationship between empathy and altruism behavior in university students in Surabaya. This research is a research. The population in this study were students aged 18-25 years who were studying in Surabaya. Participants in this study amounted to 115 students, the sampling technique used random sampling or probabilty analysis techniques. The data analysis used in this study is using the Spearman Rho correlation technique. The results of the correlation analysis between altruism and empathy behavior produced a correlation coefficient value (r) of 0.801 with p = <0.05. These results indicate that there is a significant positive relationship between empathy and altruism behavior in university students in Surabaya. It can be concluded that the results of the hypothesis proposed in this study are accepted.</em></p> <p> </p> <p>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara empati dengan perilaku altruisme pada mahasiswa di Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian. Populasi dalam penelitian ini yaitu mahasiswa yang berusia 18 – 25 tahun yang sedang berkuliah di Surabaya. Partisipan dalam penelitian ini yaitu berjumlah 115 mahasiswa teknik pengambilan sampel menggunakan nteknik analisis random sampling atau probabilty. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan Teknik <em>korelasi Spearman Rho</em>. Hasil analisis korelasi antar perilaku altruisme dan empati menghasilkan nilai koefesien korelasi (r) 0,801 dengan p= < 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif yang signifikan antara empati dengan perilaku altruisme pada mahasiswa di Surabaya. Dapat disimpulkan bahwa hasil hipotesis yang diajukan dalam penelitain ini diterima.</p> <p> </p> <p> </p>2024-10-20T03:37:10+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jiwa/article/view/11860Resiliensi pada guru: Bagaimanakah peranan kesejahteraan psikologis?2024-10-20T03:44:54+00:00Naomi Bella Belindanaumibela@gmail.comMamang Efendymamangefendy@untag-sby.ac.idKarolin Ristakarolinrista@untag-sby.ac.id<p><strong><em>Abstract</em></strong></p> <p><em>This</em><em> study aims</em><em> to determine</em><em> the relationship</em><em> between resilience</em><em> and psychological</em><em> well-being</em><em> in teachers</em><em> at SMAN</em><em> Olahraga. The</em><em> hypothesis proposed</em><em> is that</em><em> there is</em><em> a positive</em><em> relationship between</em><em> resilience and</em><em> psychological well-being</em><em> in </em><em>teachers. This research</em><em> uses correlational</em><em> quantitative </em><em>method. The research</em><em> was conducted</em><em> on 24</em><em> respondents with</em><em> the criteria</em><em> of teachers</em><em> at SMAN</em><em> Olahraga. The</em><em> results of</em><em> the data</em><em> obtained were</em><em> then analyzed</em><em> using Product</em><em> Moment correlation</em><em> with the</em><em> help of</em><em> SPSS 25</em><em> for </em><em>Windows. The results</em><em> showed that</em><em> the hypothesis</em><em> was accepted</em><em> that there</em><em> was a</em><em> significant positive</em><em> relationship between</em><em> resilience and</em><em> psychological well-being</em><em> in </em><em>teachers. The results</em><em> obtained indicate</em><em> that resilience</em><em> is closely</em><em> related to</em><em> psychological </em><em>well-being. The</em><em> higher the</em><em> resilience, the</em><em> higher the</em><em> psychological </em><em>well-being in</em><em> teachers. </em><em>Conversely, if resilience</em><em> is </em><em>lower, psychological well-being</em><em> is also</em><em> lower.</em></p> <p> </p> <p><strong><em>Abstrak</em></strong></p> <p><em>Penelitian</em><em> ini bertujuan</em><em> untuk mengetahui</em><em> hubungan antara</em><em> resiliensi dengan</em><em> kesejahteraan psikologis</em><em> pada guru</em><em> di SMAN</em><em> Olahraga. Hipotesis</em><em> yang diajukan</em><em> adalah terdapat</em><em> hubungan positif</em><em> antara resiliensi</em><em> dengan kesejahteraan</em><em> psikologis pada</em><em> guru. Penelitian</em><em> ini menggunakan</em><em> metode kuantitatif</em><em> korelasional. Penelitian</em><em> dilakukan pada</em><em> 24 responden</em><em> dengan kriteria</em><em> guru di</em><em> SMAN </em><em>Olahraga. Hasil data</em><em> yang diperoleh</em><em> kemudian dianalisis</em><em> menggunakan korelasi</em><em> Product Moment</em><em> dengan bantuan</em><em> SPSS 25</em><em> for </em><em>Windows. Hasil penelitian</em><em> menunjukkan hipotesis</em><em> diterima bahwa</em><em> ada hubungan</em><em> positif yang</em><em> signifikan antara</em><em> resiliensi dengan</em><em> kesejahteraan psikologis</em><em> pada </em><em>guru. Hasil yang</em><em> didapat mengindikasikan</em><em> bahwa resiliensi</em><em> berkaitan erat</em><em> dengan kesejahteraan</em><em> psikologis. Semakin</em><em> tinggi resiliensi</em><em> maka semakin</em><em> tinggi kesejahteraan</em><em> psikologis pada</em><em> guru. </em><em>Sebaliknya, jika resiliensi</em><em> semakin rendah</em><em> maka kesejahteraan</em><em> psikologis juga</em><em> semakin </em><em>rendah.</em></p>2024-10-20T03:38:49+00:00##submission.copyrightStatement##