https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/mezurashii/issue/feedMezurashii: Journal of Japanese Studies2025-06-12T09:58:22+00:00Luluk Ulfa Hasanahjurnalmezurashii@untag-sby.ac.idOpen Journal Systems<p style="text-align: justify;"><span style="color: #333333; font-family: 'Open Sans', sans-serif; font-size: 12.6px; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #ffffff; text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial; display: inline !important; float: none;"><strong>Mezurashii: Journal of Japanese Studies</strong> is a biannual peer-reviewed, open-access journal published by the Faculty of Cultural Science, University of 17 Agustus 1945 Surabaya. The journal encourages original articles on various issues within Japanese Studies, which include but are not limited to linguistics, literature, and culture. <strong>Mezurashii: Journal of Japanese Studies</strong> accepts to publish a balanced composition of high-quality theoretical or empirical research articles, comparative studies, case studies, review papers, exploratory papers, and book reviews. All accepted manuscripts will be published either online and in printed journal.</span></p>https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/mezurashii/article/view/11777Metafora pada Lirik Lagu dalam Album Koi No Uta Karya Mosawo2025-05-02T03:23:13+00:00Dinar Umi Kaltsumdinarumikaltsum24@gmail.comEva Amalijaheva@gmail.com<p>Bahasa merupakan suatu alat komunikasi untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu fungsi bahasa adalah untuk menyampaikan makna. Ilmu yang mempelajari makna disebut semantik. Semantik biasa digunakan untuk meneliti gaya bahasa. Gaya bahasa sering diungkapkan dalam bentuk bahasa tulis, terutama dalam karya sastra, misalnya puisi, cerpen, novel, bahkan lirik lagu. Salah satu gaya bahasa yang sering digunakan dalam lirik lagu adalah metafora. Penelitian ini menganalisis dan mendeskripsikan metafora dan makna yang terdapat pada lirik lagu dalam album Koi No Uta karya Mosawo. Penelitian ini menggunakan pendekatan semantik dengan metode deskriptif kualitatif karena hasil penelitian berupa teks narasi deskripsi yang menjabarkan metafora dan makna yang ada pada frasa dan kalimat. Dari 15 lirik lagu yang telah diteliti, terdapat 14 data yang terkumpul berdasarkan teori yang digunakan. Hasil analisis data yang didapatkan bahwa 8 lirik lagu yang terdapat metafora. Metafora yang terdapat pada data dalam penelitian ini sesuai dengan teori dari Seto Kenichi.</p>2025-05-02T03:13:43+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/mezurashii/article/view/11727Analisis Retorika Makna dalam Manga Doraemon Volume 182025-05-02T03:48:43+00:00Yuwi Andrainiandrainiyuwi@gmail.comUmul Khasanahumul@gmail.com<p>Penggunaan retorika dalam sebuah <em>manga </em>bertujuan untuk menambah nilai estetika pada <em>manga</em> tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis retorika makna yang terdapat pada manga “Doraemon” volume 18 karya Fujiko.F. Fujio dengan menggunakan teori retorika makna menurut Seto (2002). Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dengan pendekatan pragmatik. Data dalam penelitian ini berupa dialog dan monolog para tokoh yang ada dalam manga “Doraemon” Volume 18 karya Fujiko.F. Fujio dan dikumpulkan dengan menggunakan teknik baca catat. Hasil penelitian terhadap 56 data yang berupa dialog dan monolog para tokoh dalam manga “Doraemon” Volume 18 diketahui ada 7 jenis retorika makna, yaitu simile sebanyak 4 data, sinestesia 38 data, sinekdok 2 data, hiperbola 2 data, tautologi 7 data, eufemisme 2 data, dan pertanyaan retorika 1 data pada manga “Doraemon” volume 18 karya Fujiko.F. Fujio.</p> <p><strong>Kata Kunci:</strong> pragmatik,<em> Retorika Makna, Manga, Doraemon</em></p>2025-05-02T00:00:00+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/mezurashii/article/view/12156Hubungan Majas Perbandingan dan Citraan dalam Album Hajimete no EP Yoasobi oleh Ayase: Kajian Stilistika2025-05-02T04:44:58+00:00Erika Selphie Damayantierikasd.project@gmail.comIna Ika Pratitainapratita@unesa.ac.idMiftachul Amrimiftachulamri@unesa.ac.idDjodjok Soepardjodjodjoksoepardjo@unesa.ac.idParastuti Parastutiparastuti@unesa.ac.id<p>Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan antara majas perbandingan dengan citraan dalam album <em>Hajimete no</em> EP karya Yoasobi. Metode yang digunakan adalah kualitatif-deskriptif non-interaktif dengan teknik simak-catat dan studi pustaka. Instrumen yang digunakan adalah alat perekam berupa aplikasi atau <em>platform streaming music online</em> dan alat tulis. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data Miles dan Huberman yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Teori stilistika yang digunakan adalah teori Nurgiyantoro (2022) tentang hubungan antara majas perbandingan dan citraan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 11 data dan 5 hubungan yang ditemukan. 3 data dari lagu <em>Seventeen</em>, 5 data dari lagu <em>Umi no Manimani</em>, dan 3 data dari lagu <em>Mister</em>. Hubungan yang ditemukan bertujuan untuk mengkonkretkan sesuatu yang abstrak; untuk menghidupkan penuturan agar mudah dipahami; untuk memperindah penuturan agar lebih mengesankan; penggunaan majas perbandingan dapat memperkuat citraan; dan penggunaan majas perbandingan dan citraan dapat menekankan dan mengintensifkan penuturan. Hubungan antara majas perbandingan dan citraan yang paling banyak ditemukan adalah antara majas perbandingan simile, personifikasi dengan citraan visual. Keduanya berfungsi untuk menegaskan perasaan, memudahkan pemahaman, dan efek estetika.</p>2025-05-02T04:44:58+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/mezurashii/article/view/11752Analisis Bahasa Hormat (Keigo) dalam Anime Isekai Yakkyoku Episode 1 Karya Liz Takayama2025-05-02T04:48:41+00:00Syarif Hidayatullahdayat37x@gmail.comCuk Yuanacuk@gmail.com<p>Bahasa adalah sistem komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan pesan, berbagi informasi, dan memahami satu sama lain. Beberapa variasi bahasa muncul berdasarkan siapa penutur dan petuturnya. Negara Jepang terkenal dengan aturan tata bahasa kesopanan yang unik, yang dikenal dengan sebutan keigo. dalam bahasa Indonesia, <em>keigo </em>sering disebut sebagai bahasa hormat, dan ini menjadi salah satu ciri khas bahasa Jepang. Secara umum, <em>keigo</em> dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yakni <em>sonkeigo</em> (尊敬語), <em>kenjougo</em> (謙譲語), dan <em>teineigo</em> (丁寧語). Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan ragam jenis keigo (sonkeigo, kenjougo, teneigo) dan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan <em>keigo </em>(<em>sonkeigo, kenjougo, teneigo</em>) yang terdapat dalam anime <em>Isekai yakyoku</em> episode 1 karya liz takayama. Pendekatan dalam penelitian ini mengunakan pendekatan sosiolinguistik dengan metode deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berupa percakapan/dialog yang terdapat data <em>keigo</em>. Sumber data penelitian ini adalah anime <em>Isekai yakyoku</em> episode 1 karya liz takayama. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 5 data percakapan/dialog dengan total data yang diperoleh berupa 43 data mencangkup 3 jenis <em>keigo</em>, yaitu 22 data <em>sonkeigo</em>, 3 data <em>kenjougo</em>, dan 17 data <em>teineigo</em> yang dianalisis dengan mengacu pada teori-teori Nagasaki (2004, 2007) dan sudjianto & dahidi (2007). Sedangkan faktor yang mempengaruhi penggunaan <em>keigo</em> tersebut yaitu usia dan status dianalisis dengan mengacu pada teori dari nakao (dalam sudjianto 2007).</p> <p> </p> <p><strong>Kata kunci</strong> : sosiolinguistik, keigo, sonkeigo, kenjougo, teneigo, anime</p>2025-05-02T04:48:40+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/mezurashii/article/view/12502Variasi Aktivitas Kelas Pada Mata Kuliah Hyouki2025-05-02T05:22:39+00:00Dwi Puji Asrinidwipujiasrini@mail.unnes.ac.idDwi Puspitosaridwi.puspitosaripbj@mail.unnes.ac.id<p>Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan variasi aktivitas kelas pada mata kuliah Hyouki dan mendeskripsikan persepsi mahasiswa terhadap aktivitas kelas pada mata kuliah Hyouki. Aktivitas yang diberikan yaitu berupa <em>haya mono gachi, shinkei suijyaku, torampu asobi, cross word kanji, maching card,</em> dan juga tutor sebaya. Teknik pengumpulan data berupa angket dan observasi langsung. Angket diberikan kepada mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Jepang UNNES untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap aktivitas kelas pada mata kuliah Hyouki. Observasi langsung dilakukan untuk memperkuat hasil angket mengenai variasi aktivitas yang diberikan pada mata kuliah Hyouki. Teknik yang digunakan untuk menganailisis data adalah dengan teknik deskriptif kualitatif. Dari hasil angket yang diberikan kepada 80 mahasiswa tentang aktivitas yang diberikan pada mata kuliah hyoki, 86,3% menyatakan pembelajaran lebih menarik setelah ada aktivitas yang bervariasi, 71,3% menyatakan aktivitas kelas membantu mereka dalam menghafal kanji yang sedang dipelajari, 75% mengatakan bahwa aktivitas <em>shinkei suijyaku </em>dan<em> torampu asobi</em> membuat mereka lebih konsentrasi dan mengasah ingatan kanji, 74.5% menyatakan aktivitas <em>cross word</em> kanji membuat mahasiswa lebih teliti dalam mencari kanji dan melatih logika berfikir mahasiswa, 74,8% menyatakan aktivitas <em>hayai mono gachi</em> melatih keberanian untuk tampil ke depan dan keberanian mengambil keputusan, 76,3% menyatakan <em>maching card</em> melatih kerjasama dan meningkatkan pemahaman tentang kanji yang dipelajari, 76% menyatakan aktivitas tutor sebaya membuat lebih leluasa bertanya kepada teman mengenai Kanji yang belum dipahami dan meningkatkan rasa percaya diri untuk terus belajar Kanji. </p>2025-05-02T05:22:38+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/mezurashii/article/view/12583Jejepangan Having Fun: Tren dan Event Komunitas Cosplay di Jember2025-05-02T06:21:37+00:00Edy Hariyadiedyhariyadi.sastra@unej.ac.idHeru SP Saputraheru@gmail.comDidik Suharijadididik@gmail.comAgustina Dewi Setyariagustina@gmail.comAbu Bakar Ramadhan Muhammadabu@gmail.com<p>The development of interest in Japanese popular culture, especially cosplay and anime, among young people in Jember has shown a significant increase over time. This study aims to describe the development of cosplay culture in Jember and the factors that influence it. The research methods used are direct observation of cosplay events, interviews with cosplayers and event organizers, and analysis of cosplay community social media. Using Joseph Nye's soft power theory and Jean Baudrillard's hyperreality, this study found that the cosplay trend in Jember has become a medium for cultural expression and identity for young people, especially through various cosplay events and competitions held in shopping centers, tourist destinations, educational institutions, hotels, and cafes with events including Coswalk Competition, Cosplay Perform, JSong Competition, cover dance and sales of anime, manga, and game merchandise. The results of the study indicate the existence of hyperreality, namely cosplayers bringing to life the fictional characters they play, thus providing space for escapism and creativity. This study also found the role of cosplay as a form of Japanese cultural soft power that is accepted by the local community in Jember.</p> <p><strong>Keywords:</strong> cosplay, Jember, Japanese popular culture, soft power, hiperreality</p>2025-05-02T06:21:36+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/mezurashii/article/view/13112Verba Gakkari Suru dan Ki O Otosu sebagai Sinonim dalam Kalimat Bahasa Jepang (Kajian Semantik)2025-06-12T09:58:22+00:00Nunik Nur Rahmi Fauzahnunikrahmi9@gmail.comDyon Vilcy Setiabudidyonvs@gmail.comSepti Ayuseptiayu@gmail.comThe Japanese language has many vocabulary words, verbs, and adjectives that have similar meanings. One of them is a verb. Examples of verbs that are synonymous in Japanese are gakkari suru and ki o otosu. Both words have the same meaning, namely 'disappointed.' This is sometimes confusing for learners who still don't understand the differences. This study aims to find out the meaning of the verbs gakkari suru and ki o otosu in Japanese sentences and to find out if the two verbs can be replaced by each other. We analyzed the meaning of the verbs gakkari suru and ki o otosu using Hirose's (1994) theory. The method in this study uses a qualitative descriptive method. The data source used in this study is the corpus nlb.ninjal.ac.jp, with data in the form of Japanese sentences that use the verbs gakkari suru and ki o otosu. We collected the data using the Simak method and the recording technique (Mahsun in Fauzah: 2022). Based on the results of the analysis, it was found that there are similarities and differences in the use of the verbs gakkari suru and ki o otosu in Japanese sentences. In general, the verbs gakkari suru and ki o otosu can replace each other, even though there will be sentences that change their meaning. For sentences that are subjective in nature, the pronouns ki o otosu cannot be applied, and for command sentences, the two verbs gakkari suru and ki o otosu can replace each other. Gakkari suru and ki o otosu have the same meaning of disappointment because something with negative nuances happens, such as disappointment due to regret or unwanted things.2025-05-16T01:13:36+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/mezurashii/article/view/12913Analisis Teknik Penerjemahan dalam Lirik Lagu "Arjuna" dan "Bento" Versi Jepang2025-05-16T01:51:13+00:00A. Alfandy Jaharuddinachmadalfandy65@gmail.comKasmawati Kasmawatikasmawatisj@unhas.ac.idTaqdir Taqdirtaqdir@unhas.ac.id<p>Song lyric translation is a complex process that involves not only linguistic aspects but also musicality and cultural acceptability in the target language. This study aims to analyze the translation techniques used in the Japanese versions of the songs <em>Arjuna</em> and <em>Bento</em>, based on Molina and Albir’s (2004) translation techniques. A qualitative descriptive method was employed, with textual analysis conducted on the original Indonesian lyrics and their Japanese translations. The findings reveal that 13 translation techniques were utilized in both songs, with different dominant techniques corresponding to the characteristics of each song. <em>Arjuna</em>, which has a romantic and poetic theme, predominantly employs established equivalence, amplification, and transposition to preserve the song’s aesthetics and emotional meaning. In contrast, <em>Bento</em>, which carries a strong social critique, primarily employs modulation, adaptation, reduction, and linguistic compression to align its meaning with Japanese expressive norms. These findings suggest that in song lyric translation, the choice of translation techniques is significantly influenced by the song’s theme, syntactic structure, rhythm, and cultural acceptability in the target language. This study is expected to contribute to research on song lyric translation and provide insight for translators in adapting songs across languages while maintaining their meaning, aesthetics, and musicality.</p>2025-05-16T01:51:12+00:00##submission.copyrightStatement##https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/mezurashii/article/view/12390Representation of Honne and Tatemae in Drama “Cherry Magic Thirty Years of Virginity Can Make You A Wizard”2025-05-16T04:13:02+00:00Debora Saragihdebora@gmail.comRani Arfiantyrani@gmail.comMeyland Tampubolonmeyland@gmail.comAura Zefanya Sitanggangaurasitanggang1992@gmail.com<p><strong><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">ABSTRAK</span></span></strong></p> <p><span style="vertical-align: inherit;"><span style="vertical-align: inherit;">Studi ini menyelidiki interaksi rumit antara honne (perasaan sejati) dan tatemae (fasad sosial) seperti yang digambarkan dalam drama Jepang, "Cherry Magic." Dengan menganalisis karakter Adachi dan Kurosawa, penelitian ini mengeksplorasi bagaimana konsep-konsep budaya ini terwujud dalam hubungan interpersonal dalam konteks Jepang kontemporer. Studi ini menemukan bahwa sementara honne sering diungkapkan dalam suasana informal dan dengan hubungan dekat, tatemae umumnya digunakan dalam situasi formal atau ketika hubungan hierarkis terlibat. Penelitian ini berkontribusi pada pemahaman yang lebih dalam tentang dinamika sosial Jepang, menyoroti cara-cara bernuansa di mana individu menavigasi antara diri mereka yang autentik dan harapan masyarakat. Melalui analisis kualitatif drama, studi ini menawarkan wawasan tentang signifikansi budaya honne dan tatemae dalam membentuk interaksi interpersonal dalam masyarakat Jepang.</span></span></p>2025-05-16T04:12:56+00:00##submission.copyrightStatement##