IbM Tempe Craftsmen In Rungkut Lor, Kalirungkut District Rungkut, Surabaya City

  • Bambang Gunawan Faculty Merdeka Surabaya University
  • Sri Purwanti Merdeka Surabaya University
  • Nurlina Nurlina Merdeka Surabaya University

Abstract

 

Industri tempe di Jawa Timur khususnya di Surabaya mulai berkembang pesat seiring dengan kebutuhan pola makan yang sehatdan secara Nasional tingkat konsumsi tempe rata-rata per kapita penduduk Indonesia sebesar 0,133 kg per minggu, artinya masih diperlukan konsumsi lebih tiap hari untuk membantu kecukupan protein nabati.Tempe dibuat dari kacang kedelai yang difermentasikan dengan jamur Rhizopus oligosporus.Kandungan gizi tempedapat disejajarkan dengan kandungan gizi yang ada pada yogurt. Tempe merupakan sumber protein nabati mengandung serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi.Kandungan antibiotika dan antioksidan di dalamnya dapat menyembuhkan infeksi serta mencegah penyakit degeneratif. Dalam pelaksanaan IbM ini dilakukan terhadap Mitra I, yaitu Bapak Diono dan Mitra II, yaitu Bapak Wahmad, keduanyausaha pengrajin tempe Jl. Rungkut Lor Gg.IIIKelurahan Kalirungkut Kecamatan Rungkut Kota Surabaya, yang produksi tempenya dijual ke Pasar Paing maupun Pasar Soponyono Kecamatan Rungkut maupun melayani penjualan ke agen. Prioritas permasalahan mitra I dan II secara umum dan setelah dilakukan advokasi dan pendampingan oleh Tim IbMadalah 1). Pentingnya dukungan tersedianya peralatan mekanisasi dalam proses pembuatan tempe, sehingga produksi tempedapat maksimal baik dari segi kualitas maupun kuantitas. 2). Pentingnya memanfaatkan jaringan global (Blogg internet), sehingga mendukung sistem pemasaran produk di sentra produksi tempe, sehingga pemasaran menjadi terbuka luas. 3). Perbaikan tempat fermentasi pembuatan tempe secara bertingkat, sehingga menambah volume tempat fermentasi tempe, sehingga mampu meningkatkan kapasitas produksinya. Tujuan pengabdian ini 1) mengembangkan usaha mikro skala rumah tangga mitra yangmandiri secaraekonomi, 2) memberikan pemahaman yang baik akan bahan baku, proses produksi serta pasca produksi 3) memberikan pemahaman yang baik akan konsep pemasaran. Metode pendekatan yang ditawarkan untuk persoalan produksi dan manajemen adalah:1) membantu peningkatan ketrampilan pengembangan usaha dari sisi teknologi tepat guna; 2) membantu peningkatan kemampuan manajemen produksi dan pemasaran produk tempe secara ekonomis dan efisien. Hasil kegiatan IbM dapat disimpulkan, sebagai berikut :1) Inovasi ipteks berupa pengelolaan usaha dari sisi ekonomi menjadi makin menguntungkan yaitu pendapatan mitra rata-rata meningkat sebesar 63% menjadi Rp 4.469.850,-per bulan dengan R/C Ratio = 1,42 ; 2) Pendampingan dalam peningkatan pemahaman teknologi tepat guna berupa dukungan bantuan peralatan mekanisasi yang lebih memadai terbukti mampu meningkatkan kuantitas produk tempe dan juga berdampak pada kebersihan tempe yang lebih bersih dan 3) implementasi blog (jaringan global) untuk memperluas informasi pemasaran dan jaringan bisnis bagi mitra. 

 

Kata kunci :Pengrajin Tempe, pendampingan dan advokasi. 

Downloads

Download data is not yet available.

References

Ahmudiarto, Y., 2016. Teknologi Tepat Guna Untuk Mendukung Penguatan Sistem Inovasi di Daerah. LIPI kerjasama Pemda Jawa Tengah dalam http://lipi.go.id/pengumuman/teknologi-tepat-guna-untuk-mendukung-penguatan-sistem-inovasi-di-daerah

Budiono Bambang, (1992). Industri Kecil dalam Perspektif Budaya. Surabaya, Seminar Prospek Industri Kecil Dalam Perkembangan Perekonomian Indonesia.

Badan Pusat Statistik. 2016. Data Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Triwulan I-2013 dan Triwulan I-2014.Sumber : Publikasi Statistik Indonesia. Jakarta.

Gentara, L. 2013. Kandungan Gizi Tempe dan Manfaatnya Bagi Kesehatan.dalam http//www.gen22.net

Subanar Harimurti. 1992. Alternatif Pengembangan Industri Kecil/Kerajinan. Surabaya, Seminar Prospek Industri Kecil Dalam Perkembangan Perekonomian Indonesia.

Published
2018-01-28
Section
Articles