UNGKAPAN TRADISIONAL MASYARAKAT KERINCI SEBAGAI SENI BERTUTUR

  • Sovia Wulandari Universitas Jambi
  • Mahdi Bahar

Abstract

Bahasa Kerinci merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia yang masih hidup dan berkembang pada masyarakat Kerinci. Masyarakat Kerinci juga menggunakan bahasa sebagai kontrol sosial masyarakatnya yang tertuang dalam bentuk ungkapan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan ungkapan tradisonal masyarakat Kerinci sebagai seni bertutur. Metode yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian, ungkapan tradisional sebagai seni bertutur yaitu adanya sikap kehati-hatian dalam menyampaikan maksud dan tujuan serta ketidaklangsungan makna atau arti dalam tuturan tersebut yang membuat tuturan tersebut indah. Ungkapan sebagai seni bertutur digunakan untuk melarang, menegur, menasihati, memerintah, menghukum, dan menyatakan aturan dalam masyarakat setempat. Selain itu, ungkapan tradisonal ini sebagai seni bertutur juga digunakan pada prosesi upacara adat Kenduri Seko.

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biography

Sovia Wulandari, Universitas Jambi
dosen sastra indonesi Universitas Jambi

References

Danandjaja, J. (1991). Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti.

Sulistyorini, Dwi dan Eggy Fajar andalas. 2017. Sastra Lisan: Kajian Teori dan Penerapannya dalam Penelitian. Malang: Madani.

Galba, Sindu dan Sudiono. 2007. Folklor Nusantara: Ungkapan Tradisional Masyarakat Melayu-Natuna Provinsi Kepulauan Riau. Jakarta: Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni, dan Film Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

Haryanto, Joko Tri. 2013. “Kontribusi Ungkapan Tradisional dalam Membangun Kerukunan Beragama”. Jurnal Walisongo Volume 21, Nomor 2, November 2013.

Hasanudin WS. 2016. “Warisan Budaya Takbenda Ungkapan Tradisional Minangkabau: Kearifan Lokal Masyarakat tentang Tunjuk Ajar dan Nasihat-nasihat Mulia”. Jurnal Humanus Vol. XV, No.2 Oktober 2016 (http://ejournal.unp.ac.id/index.php/humanus/index).

Karim, Maizar. 2015. Menyelisik Sastra Melayu. Yogyakarta: Histokultura.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Purnama, Yuzar. 2005. Inventarisasi dan Analisis Ungkapan Tardisional Di Kabupaten Tasikmalaya. Bandung: Balai Kajian Jarahnitra.

Rohman, Fathur. 2016. “Rahasia Tahajjud untuk Meningkatkan Kecerdasan Kata dan Makna: Telaah Sosiolinguistik dan Simantik”. Jurnal Al Ta’dib, Vol. 6, No 1.

Saleh, Sukmawati. 2013. “Kearifan Lokal Masyarakat Kaili Sulawesi Tengah.” Jurnal: Academica, Volume 5, No. 02. Oktober 2013Haryanto, Joko Tri. 2013. “Kontribusi Ungkapan Tradisional dalam Membangun Kerukunan Beragama”. Jurnal Walisongo Volume 21, Nomor 2, November 2013.

Sarman. 2017. “Ungkapan Tradisional sebagai Sumber Kearifan Lokal”. Jurnal Alaya Sastra, Volume 13, No. 1, Mei 2107 (http://jurnal.balaibahasajateng.id/alayasastra).

Taum, Yosep Yapi. 2011. Studi Sastra Lisan. Yogyakarta: Lamalera.

Wulandari, Sovia dan Hadiyanto. 2019. “Relasi Petanda dan Penanda dalam Ungkapan Tradisional Masyarakat Kerinci dari Perspektif Semiotika”. Jurnal Parafrase Vol. 19 No. 2 Oktober 2019. (http://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/parafrase/article/view/2780/pdf).

Published
2020-10-01
How to Cite
1.
Wulandari S, Bahar M. UNGKAPAN TRADISIONAL MASYARAKAT KERINCI SEBAGAI SENI BERTUTUR. parafrase [Internet]. 1Oct.2020 [cited 4May2024];20(2). Available from: https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/parafrase/article/view/4248
Section
Articles